Arsip

Archive for Juni, 2008

Peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional

Seratus tahun yang lalu kita belum merdeka dan kemerdekaan hanyalah mimpi. Mimpi rakyat yang terkesan sangat jauh dari kenyataan. Rakyat bodoh diredam hanya dengan memenuhi kebutuhan pangan saja.

Hanya orang orang yang berpendidikan yang tahu bahwa kita bisa menentukan nasib kita sendiri dengan mewujudkan mimpi menjadi kenyataan.

Tapi bagaimana mewujudkan mimpi menjadi kenyataan dengan langkah langkah yang konkrit dan strategis butuh lebih dari sekedar pendidikan tapi juga keberanian, kerelaan dan kearifan. Tentu awalnya adalah pendidikan.

Dr Soetomo dkk dengan gerakan Boedi Oetomo telah membuktikannya seratus tahun yang lalu dan kini kita menikmatinya. Kebanyakan dari kita menikmati tanpa menghayati bagaimana kebangkitan itu berproses.

Tahun 2000 Dr Onno W Purbo telah menulis sebuah artikel yang berjudul “Kebangkitan Nasional ke Dua Berbasis Teknologi Informasi“. Tulisan yang sangat menarik menurut saya melihat bagaimana beliau memperjuangkan sebuah cita cita menjadikan bandwidth murah dengan faktor kesulitan yang mirip seperti jaman Dr Soetomo dulu karena minim bantuan pemerintah.

Bill Gates mengatakan revolusi informasi belum terjadi, bilamana revolusi itu terjadi adalah ketika bandwidth sudah menjadi sangat murah. Bandwidth adalah kata kunci untuk sementara ini. Kata kunci yang lain adalah konten.

Budi Putra, seorang mantan wartawan Tempo yang kini menjadi fulltime Blogger meyakini bahwa masa depan Internet ada pada Blog dan masa depan Blog ada pada konten.

Jika bandwidth murah dan kaya akan konten lokal maka boleh dikatakan kebangkitan nasional kedua akan terjadi. Rumah produksi perangkat lunak lokalpun akan terpacu untuk menciptakan inovasi inovasi baru yang khas Indonesia.

Lebih luas lagi saya bisa katakan bahwa masa depan Indonesia ada pada industri TIK, sedangkan masa depan industri TIK Indonesia ada pada pengembang perangkat lunaknya. Entah itu aplikasi ataupun konten.

Fenomena Barack Obama yang berhasil maju sebagai capres dari partai Demokrat di AS membuktikan TIK telah mengambil peran penting dalam kehidupan bernegara sebuah bangsa.

Obama menerima sumbangan melalui situs Internet untuk jumlah berapapun, mulai dari 1000 dollar, 100 dollar, 10 dollar hingga 1 dollar pun dia terima. Sementara lawan politiknya harus mencari penyumbang fiktif untuk bisa membukukan jumlah sumbangan yang besar tapi tetap legal tidak melewati limit jumlah sumbangan perorangan.

Obama dengan jumlah penyumbang yang jauh lebih besar dan sekaligus jumlah sumbangan yang fantastis telah meyakinkan publik Amerika bahwa kini era money politic K-Street di Amerika harus dan bisa segera diakhiri.

Dengan TIK itu semua bisa diwujudkan. Bagaimana dengan Indonesia? Apa saja langkah konkrit dan strategi yang dipakai untuk mewujudkan itu semua seperti Dr Soetomo dkk yang telah rela, berani dan cerdas merancang kebangkitan nasional Indonesia tahun 1908?

Menyambut peringatan 100 tahun kebangkitan nasional diadakan sebuah seminar sehari tentang TIK diprakarsai oleh MenPAN, berikut gambaran singkat tentang acara tersebut:

Flyer

  • Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 27 juni 2008 s/d 28 juni 2008.
  • Pembukaan kegiatan dimulai 08.00 WIB.
  • Berlokasi di Parkir Timur Gelora Bung Karno senayan dengan pemasangan tenda rouder berpendingin serta tenda sarnavil didalam area seluas 6000m2.
  • Selain kegiatan didalam juga ada kegiatan di luar berupa pelayanan, demo, hiburan musik, serta doorprize menarik.
  • Acara Seminar Teknologi Informasi (Gratis Untuk Umum).
  • Dihadiri Oleh Presiden Republik Indonesia.

Mengenai seminar TIK yang akan dilangsungkan tanggal 28 Juni tersebut ada 4 sesi yang masing masing adalah:

Seminar ICT Session 1

  • Waktu: 10.05 – 10.40
  • Durasi: 35 menit
  • Pembicara: DR. H. Onno W. Purbo
  • Tema: Kebangkitan Nasional Ke-2 berbasis Teknologi Informasi

Seminar ICT Session 2

Seminar ICT Session 3

Seminar ICT Session 4

  • Waktu: 13.00 – 13.45
  • Durasi: 45 menit
  • Pembicara : KomBes Petrus Golose, PhD (Cand)
  • Tema: Sosialisasi UU-ITE dan CyberCrime

Semoga seminar diatas bisa memberi gambaran apa saja langkah konkrit yang telah dan akan diambil untuk mengarah ke kebangkitan nasional kedua Indonesia.

Buat teman teman datanglah sebab acaranya tidak hanya seminar gratis tapi banyak acara lain yang menarik mulai dari game anak anak hingga live band performance.

Buat Abah dan Riyo semoga sukses mengemban tugas kali ini, I’ll be there for you guys.

Memperkenalkan KIPI v1.0

Peluang pasar perangkat lunak dalam negeri mencapai 110 juta dollar pertahun dan baru digarap 20% oleh industri lokal, selebihnya dinikmati oleh pemain asing. Salah satu penyebabnya adalah lemahnya daya saing industri perangkat lunak lokal dibanding asing. Lemahnya daya saing karena tidaknya adanya standar yang bisa dijadikan model kematangan industri perangkat lunak.

A. Latar Belakang
Melihat fenomena diatas dan kenyataan potensi pengembang perangkat lunak lokal semakin meningkat dari tahun ke tahun mendorong pemerintah untuk segera membuat standar.

Standar yang dipakai harus memiliki metodologi yang sudah teruji dalam best practice yang perlu waktu yang cukup lama untuk bisa menemukan metode sendiri yang paling sesuai dengan kondisi yang ada di tanah air.

B. Sepuluh Tingkatan
Pemerintah kemudian mengambil langkah terobosan dengan mengadopsi CMMI v1.1 sebagai standar dan dilakukan penyesuaian dengan keadaan di Indonesia saat ini.

Penyesuaian yang dilakukan adalah memecah level CMM dari 5 level menjadi 10 level. Pertimbangannya adalah karean pemain industri perangkat lunka dalam negeri yang berjumlah 250 perusahaan lebih mayoritas terdiri dari perusahaan perushaan kecil. Dengan kondisi seperti ini pembagian 10 level diharapkan bisa memetakan kematangan perusahaan perusahaan itu dengan lebih akurat.

Dengan level yang lebih banyak diharapkan perusahaan perusahaan kecil itu dapat lebih terpacu untuk naik tingkat dalam waktu yang lebih singkat ketimbang 5 level tapi butuh waktu dan biaya yang lebih lama dan besar.

C. Pemetaan KIPI
Adapun pemetaan CMM pada KIPI dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini. Dapat dilihat level 2 CMM dipecah menjadi 2, level 2 dan level 3 pada KIPI. Kemudian level 3 CMM dipecah menjadi 5 level pada KIPI. Level 4 CMM menjadi level 9 KIPI dan 5 CMM menjadi level 10 KIPI.

KIPI

CMM

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

*

2

*

*

3

*

*

*

*

*

4

*

5

*

ANATOMI KIPI

A. Level 1 Persiapan
Semua organisasi pengembang perangkat lunak dikatagorikan masuk dalam level 1 dimana proses pengembangan perangkau lunak dilakukan dengan cara adhoc dan hasilnya tidak dapat diprediksi.

B. Level 2 Awal
Pada level 2 ada 4 KPA yang harus dipenuhi yaitu:

  • Manajemen Kebutuhan (MaKe)
  • Perencanaan Proyek (PP)
  • Pengawasan dan Kontrol Proyek (PKP)
  • Manajemen Konfigurasi (MaKo)

C. Level 3 Pengulangan
Pada level 3 ada 3 KPA yang harus dipenuhi yaitu:

  • Manajemen Perjanjian Penyalur (MPP)
  • Jaminan Mutu Kualitas Produk dan Proses (JMKPP)
  • Penilaian dan Analisa (PA)

D. Level 4 Terdifinisi
Pada level 4 ada 2 KPA yang harus dipenuhi yaitu:

  • Manajemen Proyek Terintegrasi (MPT)
  • Manajemen Resiko (MR)

E. Level 5 Terencana
Pada level 5 ada 2 KPA yang harus dipenuhi yaitu:

  • Difinisi Proses Organisasi (DPO)
  • Pelatihan Organisasi (PO)

F. Level 6 Terorganisir
Pada level 6 ada 2 KPA yang harus dipenuhi yaitu:

  • Fokus Proses Organisasi (FPO)
  • Analisa Keputusan dan Resolusi (AKR)

G. Level 7 Terintegrasi
Pada level 7 ada 2 KPA yang harus dipenuhi yaitu:

  • Integrasi Produk (IP)
  • Pengembangan Kebutuhan (PK)

H. Level 8 Teruji
Pada level 8 ada 3 KPA yang harus dipenuhi yaitu:

  • Solusi Teknik (ST)
  • Validasi (VAL)
  • Verifikasi (VER)

I. Level 9 Terkelola
Pada level 9 ada 2 KPA yang harus dipenuhi yaitu:

  • Manajemen Proyek secara Kuantitatif (MPK)
  • Perfoma Proses Organisasi (PPO)

J. Level 10 Optimal
Pada level 10 ada 2 KPA yang harus dipenuhi yaitu:

  • Analisa Penyebab dan Resolusi (APR)
  • Pengembangan dan Inovasi Organisasi (PIO)

STRATEGI KIPI

Tidak mudah memberlakukan sebuah standar kepada masyarakat yang belum memiliki kesadaran tinggi akan penting daya saing.

A. Sosialisasi
Karena itu Deperin menerapkan strategi sosialiasi pada 2008 ini ke berbagai instansi dan perusahaan dan asosiasi profesi pengembang perangkat lunak.

B. Resistensi
Resistensi yang dirasakan adalah keengganan mengakui standar lokal karena sudah ada standar international seperti CMM yang sudah diakui secara luas.

C. Sponsor
Dalam CMM biaya sertifikasi untuk satu level bisa mencapai 40 hingga 70 ribu US dollar. Tapi dalam KIPI pemerintah menggratiskan biaya sertifikasi tersebut agar tidak menjadi halangan bagi perusahaan kecil untuk ikut mendapatkan sertifikasi KIPI.

PENUTUP

KIPI adalah sebuah usaha bagi syarat kebangkitan industri perangkat lunak lokal untuk bisa meningkatkan daya saing di dunia global.

Karena dengan KIPI daya saing industri perangkat lunak tanah air akan meningkat dan ditambah pula dengan proteksi dari pemerintah untuk pasar lokal peserta tender harus mengantongi sertifikasi KIPI ini sehingga pemain asing menjadi tidak mudah untuk bisa ikut tender sebab harus ikut sertifikasi KIPI terlebih dahulu.

Untuk meningkatkan kesadaran akan sertifikasi KIPI maka pemerintah akan mewajibkan berbagai tender proyek TI pemerintah terutama yang tercakup dalam 7 flagship Detiknas untuk memiliki sertifikasi KIPI sebagai persyaratan wajib.

Industri Perangkat Lunak

Direktur Telematika, Direktorat Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika, Departemen Perindustrian, Ramon Bangun dalam kuliah umum yang disampaikannya di kelas 2007 FA, Magister Teknologi Informasi, Universitas Indonesia, mengemukakan bagaimana sekarang ini pemerintah khususnya Deperin telah memiliki paradigma baru tentang bagaimana menyediakan sarana yang paling kondusif untuk perkembangan industri telematika khususnya industri perangkat lunak.

Dahulu jaman Orde Baru paradigmanya adalah apa yang bisa diambil dari industri dalam negeri tapi kini paradigmanya adalah apa yang bisa diberi untuk bisa memajukan industri.

Kebijakan adalah hal yang paling mendasar yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk mengatur hal hal yang menjadi parameter keberhasilan industri telematika yang antara lain meliputi iklim usaha, standarisasi, daya saing dan kompetensi.

A. Iklim Usaha
Untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif dibidang industri telematika pemerintah mengeluarkan kebijakan publik yang mengatur tentang 3 hal yaitu: moneter, fiskal dan administratif.

B. Standarisasi
Setelah kebijakan yang mengatur tiga hal tersebut dan iklim usaha menjadi kondusif maka perlu diatur juga masalah standarisasi agar memudahkan pergerakan antar layanan dalam industri telematika sekaligus melindungi pasar dalam negeri dari serbuan asing

C. Daya Saing
Sebaik apapun proteksi dalam negeri dilakukan kalau daya saing tidak ditingkatkan maka proteksi tersebut tidak akan efektif. Karena itu daya saing industri telematika dalam negeri harus ditingkatkan.
Peranan pemerintah masih menjadi faktor penting dalam menciptakan lingkungan dimana industri telematika dalam negeri dapat memperoleh keunggulan kompetitif.

D. Klaster dan Kompetensi
Daya saing dapat dibangun dengan sistem cluster untuk bisa mencapai fokus pada kompetensi inti. Jadi dibanding memiliki sebuah perusahaan besar yang punya kompetensi pada banyak bidang lebih baik memiliki perusahaan perusahaan yeng lebih kecil dengan kompetensi inti masing masing.

Kemudian perusahaan perusahaan itu membentuk cluster untuk meningkatkan daya saing. Sistem cluster hanya bisa efektif jika diatur oleh standar dan tentu saja dalam iklim usaha yang kondusif.

E. Rekayasa Perangkat Lunak
Perangkat lunak adalah suatu bidang yang masih baru dan banyak pendekatan dilakukan dalam mengembangkannya. Salah satu pendekatan adalah pendekatan rekayasa.

Bermula di Amerika Serikat tahun 60an dimana pembuatan perangkat lunak selalu saja mengalami krisis. Sebuah proyek pembuatan perangkat lunak tak pernah kunjung selesai dan cenderung menjadi never ending project yang sangat menguras biaya, waktu dan tenaga.

Karena itu dilakukan pendekatan rekayasa (engineering). Dengan pendekatan rekayasa kode kode program dibuat dalam bentuk modul modul yang bisa dipakai berulang ulang untuk keperluan membangun program yang serupa.

Sebelum rekayasa perangkat lunak ditemukan pengembangan perangkat lunak dilakukan dengan pendekatan craftmanship atau meminjam istilah dosen kami Pak Eko Budiarjo PhD, pengrajin software, dimana keberhasilannya tidak bisa diperhitungkan dan sangat tergantung pada peran individual.

F. Proses Manajemen Rekayasa Perangkat Lunak
Rekayasa perangkat lunak semata mata tidak menjadi jaminan sebuah proyek pengembangan perangkat lunak bisa berhasil dengan tepat waktu dan tepat budget.

Perlu dilakukan manajemen atas proses dari pengembangannya yang meliputi lebih banyak disiplin ilmu manajemen ketimbang ilmu rekayasa perangkat lunak.

Banyak pihak melakukan proses yang berbeda beda hingga terdapat berbagai macam model proses. Model yang paling banyak diadopsi oleh industri perangkat lunak adalah model Capability Maturity Model (CMM) yang dikeluarkan oleh Software Engneering Institute (SEI) pada tahun 1986.

G. Capability Maturity Model (CMM)
CMM ini kemudian diakui secara defacto sebagai standar setelah Departemen Pertahanan Amerika Serikat mensyaratkan perusahaan perusahaan yang boleh ikut tender pengembangan perangkat lunak dalam lingkungan departmennya harus mengantongi sertifikasi CMM minimal level 2.

H. Level Dalam CMM
Dalam model CMM kematangan sebuah organisasi dalam mengembangkan perangkat lunak dibagi dalam tingkatan mulai dari level 1 hingga level 5 paling tinggi.
Lima tingkat kematangan itu adalah:

  • Level 1: Initial
  • Level 2: Repeatable
  • Level 3: Defined
  • Level 4: Manageable
  • Level 5: Optimazing

I. Key Proces Area (KPA)

Masing masing level memiliki Key Process Area (KPA) yang harus diselesaikan dan dinilai untuk bisa berada pada level tersebut. Total ada 22 KPA untuk CMM dan telah menjadi standard  defacto untuk proyek proyek pemerintah di Amerika Serikat.

J. CMM versi Indonesia
Bagaimana dengan Indonesia? tunggu postingan saya selanjutnya.