Beranda > Opini > Facebook Usia Dini

Facebook Usia Dini

@ white house

Tahu Justin Beiber? Si penyanyi ABG yang sedang naik daun di Amerika itu. Konsisten jadi trending topic di Twitter hingga sampai ke Gedung Putih. Lagunya yang paling populer: Baby. Berikut kutipan liriknya:

When I was 13, I had my first love

Kenapa usia 13 tahun? Jadi teringat batas usia film remaja adalah 13 tahun keatas. Bukan kebetulan usia 13 tahun juga yang menjadi syarat seorang boleh membuat account Facebook. Saya tidak melakukan penelitian tentang angka 13 ini namun saya kira besar kemungkinan karena kebanyakan anak anak mulai memasuki masa puber ketika berusia 13 tahun.

Hingga anak anak yang ingin nonton film yang bertema remaja, cinta-cintaan, naksir-naksiran harus minimal berusia 13 tahun. Seorang anak yang sudah 13 tahun dianggap memiliki kondisi emosional yang cukup untuk memahami cinta-cintaan dengan lawan jenis.

Tapi tepatkah itu diberlakukan untuk batas usia minimal bergabung dengan situs jejaring sosial seperti Facebook? Tidak ada penjelasan mengapa demikian. Saya khawatir Facebook mengadopsi usia 13 tahun itu karena ada aturan yang sebenarnya belum dikaji lebih khusus untuk media sosial.

Media film dan media sosial sangatlah berbeda. Pada film tidak ada interaksi. Sedangkan pada media sosial anak-anak hidup dengan media yang interaktif. Menghubungkan anak anak kita dengan orang lain yang bisa saja tidak kita kenal.

Dengan perbedaan karakteristik media seperti itu tepatkah strategi pembatasan usia minimal yang sama yaitu 13 tahun? Sementara di berbagai media online banyak tulisan yang menganjurkan untuk menjauhkan anak anak dari Facebook sebelum usia 13 tahun. Saya pikir aturan itu jika benar benar diterapkan justru akan membawa dampak sebaliknya. Mengapa demikian? Berikut pikiran saya:

Facebook adalah media sosial dengan tingkat penetrasi yang luar biasa. Tercatat penggunannya saat ini telah mencapai 20 juta dari 25 juta pengguna Internet di Indonesia. Biaya koneksi yang semakin murah, maraknya warnet dan teknologi mobile yang merakyat seperti Smart Phone yang murah meriah menjadikan Facebook dapat diakses di lingkungan terdekat kita sehari hari. Kapan saja dan di mana saja.

Untuk hal hal yang sifatnya sudah ubiquitous maka kita tak dapat lagi membendungnya dengan aturan pelarangan yang sifatnya top-down. Semua itu akan dilanggar karena tidak ada mekanisme kontrol terpusat yang efektif untuk hal hal yang sifatnya kapan saja dan di mana saja. Menurut pengakuan dari teman teman yang memiliki putra putri dibawah 13 tahun dan sudah bisa menggunakan komputer di rumah semua memiliki account Facebook.

Apakah sikap para orang tua yang melanggar aturan Facebook tersebut membuat putra putrinya berisiko terhadap tindak kejahatan? Sebaliknya apakah para orangtua yang benar benar mengikuti aturan dengan tidak memperbolehkan putra putrinya bergabung ke Facebook sebelum usianya 13 tahun membuat putra putrinya berisiko yang lebih kecil terhadap tindak kejahatan?

Kalau kita kumpulkan data anak anak yang bermasalah karena berinteraksi melalui Facebook, berapakah rata rata usia mereka? Apakah dibawah atau diatas 13 tahun? Masih ingat kasus penculikan remaja putri bernama Nova oleh orang yang dikenalnya melalui Facebook? Berapa usianya? Dibawah 13 tahun atau diatas 13 tahun? Menurut Detik ternyata usianya 14 tahun.

Teori yang bisa menjelaskan hal ini adalah teori pubertas. Anak anak pada usia puber sedang mencari jati diri. Orang tua bukan lagi jadi idola mereka. Lingkungan memiliki pengaruh yang lebih besar ketimbang orang tua. Sehingga mereka cenderung memberontak. Susah diatur, mudah terpengaruh bujuk rayu orang lain yang belum dikenal dengan baik.

Sementara kalau kita benar benar mengikuti aturan Facebook: memperkenalkan Facebook di usia 13 tahun dengan kondisi puber seperti itu maka dapat dibayangkan betapa lebih sulit mengawasinya. Ini akan diperparah dengan keadaan misalnya teman teman sebayanya telah lebih dulu ada di Facebook yang membuat anak baru akan terlihat culun dan gaptek.

Mereka harus mempelajari cara menggunakan fitur yang baik dan benar ketika berinteraksi dengan teman-temannya yang sudah lebih dulu ber-Facebook dan belum tentu memiliki pengetahuan tentang cara menggunakan fitur yang baik dan benar. Ketika kita mendapati cara penggunaan fitur yang kurang baik maka akan sulit memperbaikinya karena mereka melihat teman-temannya menggunakan cara yang sama. Ingat teori pubertas diatas.

Menurut Kak Seto, setiap teknologi pasti bermata dua. Ada sisi baik dan sisi buruk. Bagaimana menghilangkan sisi buruknya, kata dia, tergantung si pemakai. Untuk kasus Nova, Abelina dan AS, Kak Seto menilai kejadian ini disebabkan karena kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak.

Saya setuju dan bagaimana strategi membina komunikasi inilah yang saya dapati ada perbedaan pandangan pada sebagian orang. Ada yang menganjurkan untuk menjauhkan Facebook dari anak anak sebelum usia 13 tahun. Tapi saya menganjurkan sebaliknya dengan beberapa pertimbangan.

Berdasarkan teori bahwa anak usia puber lebih sulit diajak berkomunikasi maka mulailah sebelum mereka puber. Perkenalkan mereka Facebook justru pada usia yang lebih dini. Idealnya bisa dimulai dari usia mereka telah mahir menggunakan internet browser, sekitar usia 8 hingga 10 tahun, tergantung kemampuan anak. Pada usia itu mereka akan lebih mudah diawasi dan diarahkan untuk menggunakan fitur dengan baik dan benar.

Hingga pada saat mereka mencapai usia 13 tahun dengan bimbingan orang tua mereka akan terbentuk menjadi pengguna yang memahami aspek safety dan security dari Facebook. Bonusnya adalah mereka sudah terbiasa diawasi dan tidak merasa risih asal kita para orang tua mau menempatkan diri sebagai orang tua yang bijak, tidak KepO, tidak menjadi mata-mata atau jadi polisi Facebook.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mulai memperkenalkan anak pada Facebook.

  1. Password dan email anak harus kita pegang, sehingga kita tahu setiap kali ada notifikasi aktifitas Facebook
  2. Waktu online dijadwal
  3. Lokasi online terbuka, di tempat yang mudah diawasi
  4. Audit teman temannya setiap saat
  5. Dampingi jika memulai menggunakan fitur baru
  6. Selalu tanya dan diskusi setiap kali akan confirm atau delete friend yang tidak dikenal, beri pengertian kenapa itu harus dilakukan
  7. Sibukkan mereka dengan posting wall kita, entah itu bercanda atau berbagai pertanyaan yang sifatnya edukasi, beri mereka permainan sosial yang menyenangkan seperti tagging foto keluarga.
  8. Seiring mereka mengerti fitur beri ruang untuk mereka beraktualisasi
  9. Selalu pantau wall mereka, jika mereka bertutur kata yang tidak sopan, tegur secara offline dan minta mereka menghapusnya dengan diberi pengertian
  10. Bertutur kata yang layak sebagai orang tua di wall mereka maupun di wall kita
  11. Kelompokan mereka pada group tersendiri pada daftar friend kita untuk diexclude jika kita ingin update status yang sekiranya tidak layak mereka baca

Dengan demikian mereka akan terbiasa dengan berkomunikasi dengan orang tuanya melalui Facebook. Suatu saat nanti mereka mungkin akan minta password mereka sendiri bahkan mungkin juga emailnya. Berikan jika anda merasa mereka sudah cukup kita bekali dengan norma yang benar.

Dengan usia lebih dini semua hal diatas akan lebih mudah dilakukan ketimbang usia 13 tahun. Facebook yang sudah hadir kapan saja dan di mana saja tak bisa lagi dibendung keberadaanya dan satu satunya pilihan adalah mempersiapkan anak anak kita bagaimana menghadapinya.

Apakah anda punya pendapat berbeda?

Kategori:Opini Tag:, ,
  1. 14 Mei 2010 pukul 11:58

    Tulisan yg menarik
    salam kenal

    kampus unand

  2. 19 Mei 2010 pukul 14:54

    weitss..saya juga pencinta justin beiber nih..
    Blog saya

  3. 26 Mei 2010 pukul 9:08

    klo jadi orang terkenal emang enak ya…

  4. 7 April 2015 pukul 9:44

    Wow..Saya baru menemukan wordpress ini, tulisan posting ini bagus, masih relevan hingga sekarang, padahal postingan 2010 ya. Thanks ya salam kenal, saya di heriyantolim.wordpress.com

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar